PUKAT TARIK (SEINE NETS) , LAMPARA DASAR


Pratikum ke-4                                                  Tanggal           :  22 September 2011
M.K. Alat Penangkapan Ikan                         Kelompok       : 4
 

PUKAT TARIK (SEINE NETS)
LAMPARA DASAR

1. Definisi dan Klasifikasi
   Lampara dasar adalah suatu jenis jaring lingkar yang berkantung yang bentuknya menyerupai penyenduk sampah (von Brandt 1972 dalam Irvan 1997). Lampara dasar diklasifikasikan sebagai pukat tarik (seine nets) (Permen 2011).

2. Konstruksi Alat Penangkap Ikan
Kontruksi lampara dasar terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian sayap    (kiri dan kanan) dan bagian kantong. Bagian sayap berperan sebagai jalur penaju atau penghalau udang dan ikan demersal agar cenderung masuk ke dalam kantong. Panjang bagian sayap merupakan dasar penentuan ukuran dari besarnya suatu lampara dasar, semakin panjang maka semakin luas dasar perairan yangdapat disapu (Irvan 1997).

3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
Kapal yang digunakan untuk pengoperasian lampara dasar yaitu kapal motor yang berkekuatan mesin kurang dari 16 house power dan lebih baik diperlengkapi dengan alat penarik selambar yaitu winch atau capstan                                    (BPPI Semarang dalam Irvan 1997).

3.2 Nelayan
Jumlah nelayan yang dibutuhkan adalah 6 orang dengan pembagian kerja yaitu satu orang sebagai juru kemudi, satu orang juru mesin, satu orang juru masak dan tiga orang pembantu (BPPI Semarang dalam Irvan 1997).

3.3 Alat Bantu
Alat bantu pada pengoperasian lampara dasar yaitu pelampung dan pemberat, rantai, pelampung tanda dan  winch atau capstan.  Pelampung dan pemberat berfungsi membantu terbukanya jaring secara vertikal, pelampung menarik atau mengangkat tali ris atas keatas sedangkan pemberat menarik tali ris bawah agar turun kedasar air. Rantai dibutuhkan agar lampara dasar dasar benar-benar dapat menyapu dasar pada saat operasi dilaksanakan dan sebagai cadangan apabila pemberat lampara dasar dasar kurang mencukupi. Pelampung tanda berfungsi menentukkan posisi dari tali ris pertama (BPPI Semarang dalam Irvan 1997).

3.4 Umpan
Menurut kelompok 4, lampara dasar tidak menggunakan umpan.

4. Metode Pengoperasian Alat
Adapun cara dalam pengoperasian lampara dasar adalah sebagai berikut        (Irvan 1997).
a) Haluan kapal motor menentang atau serong terhadap arah angin dan searah dengan arus. Pelampung tanda pada salah satu ujung selambar (selambar kanan atau selambar pertama) segera dilepaskan kepermukaan laut dari buritan kapal sambil mengulur selambar tersebut sedikit demi sedikit sesuai kecepatan motor.
b) Setelah tali selambar pertama turun semua kepermukaan laut, salah satu sayap (sayap kanan atau sayap pertama) ditebarkan dan kapal mengubah haluan ke arah kiri kurang lebih 90° terhadap arus.
c)  Penurunan bagian kantong dan sayap kiri (sayap kedua)
d) Setelah penurunan sayap kedua, kapal membelok kearah kiri menuju tempat  kedudukan pelampung tanda yang diturunkan pertama kali.
e) Pelampung tanda dinaikkan kembali keatas kapal dan ujung selambarnya diikatkan pada salah satu sisi buritan kapal.
f) Kedua sayap lampara dasar didekatkan kedudukannya dengan cara kapal bergerak maju (melawan arus) untuk beberapa saat lamanya (15-30 menit) sampai kedua sayap benar-benar berdekatan (sejajar) letaknya dibelakang kapal, perapatan sayap ini berarti penyapuan dasar perairan.
g) Penarikkan kedua selambar diusahakan dengan bantuan winch atau capstan agar lebih ringan dan cepat. Penarikkan juga diusahakan agar lampara dasar tetap berada di dasar perairan dan tetap menyapu atau menggaruk dasar perairan, kapal dapat berjangkar atau berhenti tanpa jangkar.
h) Penarikkan kedua sayap dan kantong lampara dasar dasar.
i) Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan cara membuka tali pengikat pada ujung kantong.

5. Daerah Pengoperasian
Fishing ground lampara dasar terdiri dasar perairan yang rata, berlumpur atau berpasir, tidak terdapat benda yang menghalangi atau merusak jaring seperti tonggak sisa bagan dan bangkai dari sisa kapal atau perahu yang rusak, dan terdapat banyak udang. Daerah yang banyak mengoperasikan lampara di Indonesia adalah Jakarta, Lampung, Tegal dan daerah utara Jawa                   (BPPI Semarang dalam Irvan 1997).

6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan lampara dasar umumnya udang dan ikan demersal. Spesies udang yang sering ditangkap adalah Penaeus monodon dan M. Monoceros endeavouri. Ikan demersal yang ditangkap lampara antara lain ikan kakap, kerapu, bawal, kurisi, kuwe, beloso, ikan sebelah, ikan lidah (Irvan 1997).

Daftar Pustaka
Irvan. 1997. Studi Tentang Perikanan Lampara Dasar Dan Kemungkinan Pengembangannya Di Perairan Teluk Lampung [Skripsi]. Bogor : Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
KKP [Kementerian Kelautan Dan Perikanan]. 2011. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia nomor Per.02/Men/2011. www.kkp.org [29 Septemeber 2011].



Komentar