Ibadah di Rumah

Minggu, 21 Maret 2020 saya beserta keluarga melaksanakan kebaktian minggu di rumah yang seharusnya dilakukan di Gereja. Hal ini terjadi karena mewabahnya virus corona di Indonesia. Setiap hari pasein positif corona bertambah dengan total positif corona 514 orang dengan tingkat kematian tertinggi yaitu 8%. Pemerintah RI melalui presiden Jokowi menganjurkan masyarakat untuk tetap di rumah dan hanya bepergian untuk hal darurat seperti ke toko obat, membeli kebutuhan pokok dan bekerja. Presiden menganjurkan menjauhi keramaian dengan siswa diliburkan, pekerja di harapkan bekerja dari rumah dan melakukan sosial distancing (jaga jarak sekitar 1 m). 
Seruan ini membuat kami memilih ibadah di rumah walaupun tidak ada imbuan dari Gereja karena khawatir dengan penularan virus ini. Hal ini semakin kami waspadai karena anak kami masih berumur 11 bulan dan ibu (mertua) saya sudah berusia lanjut yang rentan tertular penyakit. Kami melaksanakan ibadah dengan dipimpin ibu. Ibadah berlangsung hikmat dan singkat karena ada beberapa alur yang dikurangi seperti tidak ada persembahan ke depan dan tidak ada koor. Khotbah tetap ada walaupun memakai referensi online. Diskusi pun terjadi tentang khotbah.
Semoga virus ini segera berakhir karena sangat meresahkan dan menggangu roda ekonomi masyarakat. Dari kejadian ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa kesehatan adalah berkat yang harus disyukuri setiap hari.

Komentar