Rumput laut merupakan salah
satu sumberdaya pesisir yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan
merupakan salah satu komoditas ekspor andalan yang permintaannya tinggi di
pasar dunia. Rumput laut tumbuh dan
tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia dengan jenis yang sangat banyak. Dari hasil
ekspedisi Siboga ditemukan 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia,
diantaranya ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi. Secara tradisional, rumput laut terutama
dimanfaatkan sebagai bahan pangan seperti lalap, sayur, acar, manisan, kue dan
obat (Hyene 1922; Nontji 1987; Zeneveld 1955 dalam Kadi dan Atmaja 1998).
Namun sejalan dengan perkembangan zaman, rumput laut juga dimanfaatkan
dalam berbagai macam bidang industri mulai dari industri pangan sampai industri
non-pangan.
Pemanfaatan rumput laut
sebagai komoditas ekspor masih terbatas dalam bentuk kering. Sampai
saat ini jenis-jenis rumput laut yang diekspor berasal dari kelas Rhodophyceae yaitu kelas rumput laut
merah (alga merah) dari jenis Eucheuma sp.,
Glacilaria sp. dan Gellidium sp. Berdasarkan
data dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan (2011),
perkembangan ekspor rumput laut Indonesia dari tahun 1999-2002 terjadi penurun
nilai ekspor yaitu dari 16.284.000 US $ dengan volume ekspor 25.084 ton pada
tahun 1999 turun menjadi 15.785.000 US $ dengan volume ekspor 28.874 ton pada
tahun 2002.
Hal ini berarti bahwa pemanfaatan rumput laut dalam bentuk kering belum
dapat bersaing di pasar internasional. Salah satu cara sehingga
meningkatkan nilai jual, misalnya karaginan dari rumput laut Kappaphycus alvarezii.
karagenan
mempunyai manfaat yang sangat luas diantaranya sebagai stabilisator (pengatur
keseimbangan), thickener (bahan
pengental), pembentukan gel dan pengemulsi.
Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan,
kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya (Winarno 1990). Selain sebagai pengemulsi dan penstabil,
karaginan juga berfungsi sebagai pembentuk gel, pensuspensi, pengikat, protective (melindungi koloid), film former (pembentuk film), syneresis inhibitor (menghalangi
terjadinya pelepasan air), dan flocculating
agent (mengkelat dan
mengikat bahan-bahan lain)
(Anggadiredja et al. 2006).
Komentar
Posting Komentar