Deskripsi Kappa Karaginan
Menurut Hellebust dan Cragie (1978) diacu dalam Uju (2005), karaginan terdapat dalam dinding sel rumput laut
atau matriks intraselulernya dan karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering rumput laut
dibandingkan dengan komponen yang lain. Kappa karaginan yang mengandung sulfat kurang dari 28 %. Kappa
karaginan dihasilkan dari rumput laut jenis Eucheuma
cottonii (Winarno 1996).
Kappa karagenan tersusun dari ikatan 1,3 D-galaktosa-4 sulfat. Rasio
D-galaktosa, 3,6 anhidro-D-galaktosa dan gugus ester sulfat adalah 5 : 6 : 7.
Kappa karagenan mengandung lebih dari 34 % 3,6-anhidro-D-galaktosa dan 25 %
ester sulfat. Secara teoritis kandungan 3,6 anhidro-D-galaktosa pada
karagenan adalah 35 % (Moirano 1977 diacu dalam Pebrianata 2006).
Deskripsi Iota Karaginan
Karaginan merupakan nama yang diberikan untuk keluarga
polisakarida linear yang diperoleh dari alga merah dan penting untuk pangan. Iota
karaginan ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap residu D-glukosa dan
gugusan 2-sulfat ester pada setiap gugusan 3,6-anhidro-D-galaktosa iota
karaginan memiliki lebih dari 30 % sulfat (Pebrianata 2006).
Iota karaginan dihasilkan dari Eucheuma spinosum. Iota
karagenan diisolasi dari Euchema spinosum
mengandung kira-kira 30 % 3,6 anhidro-D-galaktosa dan 32 % ester sulfat. Ion sulfat tidak pernah ada pada atom C3
, ikatan 1,4 glikosidik terdapat pada bagian monomer yang mengandung jembatan
anhidro yaitu monomer-monomer 2,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat dan
3,6-anhidro-D-galaktosa serta pada D-galaktosa-2,6-disulfat (Glicksman 1983
diacu dalam Pebrianata 2006)
Sifat Fisik dan Kimia Kappa Karaginan
Kappa karaginan mempunyai tipe gel yang rigid atau mudah pecah dicirikan
dengan tingginya sineresis, yaitu adanya aliran cairan pada permukaan gel. Sineresis tergantung pada konsentrasi kation-kation yang
ada dan harus dicegah dalam jumlah yang berlebih. Kappa karagenan jika
dimasukkan ke dalam air dingin akan membesar membentuk sebaran kasar yang
memerlukan pemanasan sampai 70 oC untuk melarutkannya. Larutan kappa
karaginan yang dipanaskan dan kemudian didinginkan akan membentuk gel pada suhu
40 – 60 oC, dan gel akan mencair kembali jika dipanaskan 5 – 20 oC
diatas titik cairnya. Gel yang terbentuk dari kappa
karagenan berwarna agak gelap dan mempunyai tekstur yang mudah retak (Fardiaz
1989 diacu dalam Pebrianata 2006). Karakteristik gel kappa karaginan disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1.
Karakteristik gel kappa karaginan
Keterangan
|
Kappa
|
Efek kation
|
Gel
lebih kuat dengan ion potasium
|
Tipe Gel
|
Kuat dan
rapuh dengan sinersis
|
Fek sinergis dengan locus gum
|
Tinggi
|
Stabilitas Freezing
thawing
|
tidak
|
(Sumber: cPKelco ApS 2004 diacu dalam Uju
2005)
Kemampuan membentuk gel adalah sifat terpenting dari
kappa karaginan. Adanya gugusan 6-sulfat dapat menurunkan daya gelasi dari
karaginan sehingga perlu dihilangkan melalui pemberian alkali yang menyebabkan
terbentuknya unsur 3,6-anhidro-D-galaktosa (Winarno 1990 dalam Sukri 2006). Peningkatan kandungan unsur
3,6-anhidro-D-galaktosa akan menyebabkan peningkatan sensitivitas terhadap ion
potasium yang pada akhirnya dapat meningkatkan kekuatan gel dari karaginan.
Kappa karaginan yang baik mempunyai kandungan 3,6-anhidro-D-galaktosa yang
hampir mendekati 35% Kappa karaginan akan membentuk gel hanya dengan adanya kation-kation
tertentu seperti K+, Rb+, dan Cs+. Kappa
karaginan sensitif terhadap ion kalium dan akan membentuk gel yang kuat dengan
adanya garam kallium (Glicksman 1983 dalam
Sukri 2006). Struktur kappa karaginan memungkinkan bagian dari dua molekul
masing-masing membentuk doble heliks
yang mengikat rantai molekul menjadi bentuk jaringan 3 dimensi atau gel (Sukri
2006).
Kappa karaginan mempunyai kemampuan untuk membentuk gel
pada saat larutan panas mendingin. Proses ini bersifat reversible, gel akan mencair pada pemanasan dan cairan membentuk
gel kemballi pada saat pendinginan (Glicksman 1969 dalam Sukri 2006).
Konsistensi gel dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis dan tipe
karaginan, konsistensi, adanya ion-ion serta pelarut yang menghambat pembentukan
hidrokoloid (Towle 1973 dalam Sukri
2006). Semua karaginan, kappa karaginan memberikan gel yang paling kuat. Adanya
ion monovalen yaitu K+, NH4+, Rb+,
dan Cs2+ membantu pembentukan gel kappa. Adanya ion K+,
kappa karaginan membentuk gel yang keras dan elastis. Ion Na+
dilaporkan menghambat pembentukan gel karaginan jenis kappa. Kappa karaginan
tidak membentuk gel atau formasi double
helliks dengan ion Na+ (Moirano 1977 dalam Sukri 2006). Kestabilan karaginan sebagai senyawa biasanya
akan mengalami depolimerisasi secara perlahan dalam penyimpanan. Tetapi kappa
karaginan biasanya memiliki daya kekuatan gel serta kekuatan reaksi terhadap
protein dan tidak terpengaruh oleh proses depolimerisasi. Penyimpanan dalam
suhu kamar selama 1 tahun, menyebabkan penurunan kekuatan gelnya tidak dapat
dideteksi karena terlalu kecil (Winarno 1990 dalam Sukri 2006).
Karagenan kappa dapat diendapkan secara selektif oleh ion
kalium. Pada karagenan kappa, unit α-1,3-D-galaktosa-5-sulfat berikatan
glikosidik β-(1.4) dengan unit 3,6-anhidro,-D-galaktosa. Karagenan kappa larut
di dalam air dingin dan larutan garam natrium, tetapi tidak larut pada larutan
garam kation lain seperti K+ atau Ca2+ dan hanya
menunjukkan pengembangan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis
dan konsentrasi kation, densitas karagenan, suhu, pH, adanya ion penghambat dan
lain-lain. Pada larutan sukrosa panas pada konsentrasi 65%, karagenan kappa
larut dengan baik dan pada lingkungan elektollit kuat seperti NaCl 20-25%
karagenan kappa akan mengalami “salting
out” (Angka dan Suhartono 2000).
Sifat Fisik dan Kimia Iota Karaginan
Iota karagenan mempunyai sifat larut dalam air dingin dan larutan garam
natrium. Di dalam larutan garam kation lain seperti K+ dan Ca2+
tidak dapat larut dan hanya menunjukkan pengembangan, yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu jenis dan konsentrasi kation, densitas karagenan, suhu, pH,
adanya ion penghambat dan yang lainnya. Larutan iota karagenan stabil pada
lingkungan elektrolit kuat seperti NaCl 20-25 % (Angka dan Suhartono 2000 diacu
dalam Pebrianata 2006).
Iota mempunyai gel yang bersifat elastis, bebas sineresis dan reversible. Gel yang terbentuk berwarna
lebih jernih dibandingkan jenis kappa karagenan dan mempunyai tekstur empuk dan
elastis (Winarno 1996).
Sifat kelarutan iota karaginan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat-sifat
kelarutan iota karaginan pada berbagai medium
Medium
|
Iota
|
Air panas
|
Larut
diatas 60 0C
Larut
diatas 70 0C
|
Air dingin
|
Larut
dalam garam sodium, garam kalsium menghasilkan dispersi thxotropic
|
Susu panas
|
Larut
|
Susu dingin
|
Tidak
larut
|
Larutan konsentrat gula
|
Tidak
mudah larut
|
Lartutan konsentrat garam
|
Larut
dalam panas
|
(Sumber: cPKelco ApS 2004, Glicksma 1983 diacu
dalam Uju 2005)
Pada karagenan iota, α-1,3-D-galaktosa-4-sulfat berikatan
β-1,4-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat. Karagenan iota larut di dalam air dingin
dan larutan garam natrium serta tidak larut pada larutan garam kation lain
seperti K+ atau Ca2+ dan hanya menunjukkan pengembangan,
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis dan konsentrasi kation,
densitas karagenan, suhu, pH, adanya ion penghambat dan lain-lain. Pada larutan
sukrosa panas pada konsentrasi 65%, karagenan iota hanya sedikit larut dan pada
lingkungan elektollit kuat seperti NaCl 20-25% karagenan iota dapat stabil
(Angka dan Suhartono 2000).
Faktor terpenting dalam pengamatan kelarutan karaginan
adalah sifat hidrofilik molekul yaitu padda kelompok ester-sulfat dan unit
galaktopiranosa sedangakan unit 3,6-anhidro-galatopiranosa bersifat hidrofobik.
Iota karaginan lebih sukar larut dalam larutan gula jenuh dalam keadaan panas.
Hal ini dikarenakan iota karaginan mempunyai gel yang bersifat elastis, bebas
sinersis, dan reversible sehingga
lebih mudah larut dalam air dingin dan larutan garam natrium (Glicksman 1983 dalam Sukri 2006). Perbedaan utama
antara iota karaginan dengan kappa karaginan adalah adanya gugus 2-sulfat pada
3,6-anhidro-D-galaktosa pada iota karaginan yang mempengaruhi sensitivitas
terhadap ion potasium. Peningkatan gugus 2-sulfat hingga 25-50% menyebabkan
penurunan sensitivitas terhadap ion potasium yang juga mengakibatkan penurunan
kekuatan gel yang terbentuk. Namun demikian, adanya gugus 2-sulfat ester hingga
80% akan menyebabkan peningkatan sensitivitas terhadap ion kalsium. Hal inilah
yang menyebabkan iota karaginan akan membentuk gel yang kuat bila dicampur
dengan ion kalsium dan akan menjadi gel yang keras dan rapuh bila dicampur
dengan ion potasium (Glicksman 1983 dalam
Sukri 2006).
Iota karaginan akan membentuk gel hanya dengan adanya
kation-kation tertentu seperti K+, Rb+, dan Cs+
(Glicksman 1983 dalam Sukri 2006).
Struktur iota karaginan memungkinkan bagian dari dua molekul masing-masing
membentuk doble heliks yang mengikat
rantai molekul menjadi bentuk jaringan 3 dimensi atau gel. Iota karaginan
mempunyai kemampuan untuk membentuk gel pada saat larutan panas mendingin.
Proses ini bersifat reversible, gel
akan mencair pada pemanasan dan cairan membentuk gel kemballi pada saat pendinginan
(Glicksman 1969 dalam Sukri 2006). Konsistensi gel dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis dan tipe karaginan, konsistensi, adanya
ion-ion serta pelarut yang menghambat pembentukan hidrokoloid (Towle 1973 dalam Sukri 2006). Jenis iota membentuk
gel yang kuat dan stabil bila ada ion Ca2+ (Angka dan Suhartono 2000
dalam Sukri 2006). Iota karaginan
tidak membentuk gel atau formasi double
helliks dengan ion Na+ (Moirano 1977 dalam Sukri 2006).
Kestabilan karaginan sebagai senyawa biasanya akan mengalami
depolimerisasi secara perlahan dalam penyimpanan. Akan tetapi kappa karaginan
biasanya memiliki daya kekuatan gel serta kekuatan reaksi terhadap protein dan
tidak terpengaruh oleh proses depolimerisasi. Penyimpanan dalam suhu kamar
selama 1 tahun, menyebabkan penurunan kekuatan gelnya tidak dapat dideteksi
karena terlalu kecil (Winarno 1990 dalam Sukri
2006).
Fungsi Kappa dan Iota
Karaginan
Karaginan merupakan salah satu jenis dari hidrokoloid
yang memiliki banyak bentuk pengaplikasian dalam dunia industri, diantaranya
adalah sebagai stabillisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentukan gel dan pengemulsi. Sifat
ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil,
cat, pasta gigi dan industri lainnya (Winarno 1990 dalam Sukri 2006). Selain sebagai pengemulsi dan penstabil,
karaginan juga berfungsi sebagai pembentuk gel, pensuspensi, pengikat, protective (melindungi koloid), film former (pembentuk film), synersis inhibitor (menghalangi terjadinya
pelepasan air), dan flocculating agent (pengkelat
dan pengikis bahan-bahan lain) (Anggadiredja et al. 1993 dalam Sukri
2006).
Karaginan dapat digunakan sebagai bahan penstabil karena
mengandung gugus fosfat yang bermuatan negatif disepanjang rantai polimernya
dan bersifat hidrofilik yang dapat mengikat air atau gugus hidroksil lainnya
(Moirana 1977 dalam Santoso 2007).
Berdasarkan sifat yang hidrofilik tersebut, maka penambahan karaginan dalam
produk emulsi akan meningkatkan viskositas fase kontinu sehingga emulsi lebih
stabil (Fasherier dan Parker 1985 dalam
Santoso 2007).
Kappa dan iota karaginan tersebut dapat berfungsi
sebagai stabilizer, thickener, emulsifer,
gelling agent, dan pengental. Pemakaian karaginan diperkirakan 80%
digunakan di bidang industri makanan, farmasi dan kosmetik. Pada industri
makanan karaginan sebagai stabilizer,
thickener, gelling agent, additive atau komponen tambahan dalam pembuatan
coklat, milk, pudding, instant milk, makanan kaleng dan bakery. Penggunaan kapa
dan iota karagenan dalam industri non
food antara lain sebagai suspensi, emulsi, stabilizer dalam pembuatan pasta
gigi, obat-obatan, mineral oil. Dan industri-industri lain misalnya pada industri keramik, cat
dan lain-lain (Istini et al. 1985).
Karaginan kappa memiliki sifat yang cocok untuk
dipergunakan di dalam teknik amobilisasi enzim dan sel yang selanjutnya
dimanfaatkan sebagai sistem biokonversi. Bakteri atau khamir yang hidup atau
mati tetapi yang enzimnya masih aktif
dapat dienkapsulasi atau amobilisasi di dalam sangkar untai dari kappa
karaginan dengan memasukkan ion Na+ ke dalam larutan gum karaginan.
Untaian ini bersifat tak larut apabila dicampur dengan glutaraldehida atau
polikation (Angka dan Suhartono 2000).
Komentar
Posting Komentar