HASIL DAN PEMBAHASAN PEMBUATAN KARAGINAN

 HASIL DAN PEMBAHASAN PEMBUATAN KARAGINAN

 Hasil
Karaginan yang dihasilkan menggunakan bahan penggumpalan karaginan yaitu IPA (isopropil alkohol) dan KCl (Kalium klorida). Kedua bahan penggumpal ini berperan dalam proses terbenuknya pemisahan karaginan yang akan dihasilkan. Analisis karaginan baik kappa maupun iota karaginan ini terdiri atas beberapa parameter yakni kadar air, kadar abu, kadar sulfat, dan viskositas yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis kappa dan iota karaginan
Parameter
Kappa Karaginan
Iota karaginan
Kadar air
18%
12,42%
Kadar abu
23,5%
30%
Kadar sulfat
0,25 gram
0,38 gram
viskositas
354,64 cps
541,58 cps
Kappa karagenan yang dihasilkan memiliki kadar air 18 %, kadar abu 23,5 %, kadar sulfat 0,25 gram dan viskositas 354,64 cps. Iota karagenan yang dihasilkan memiliki  kadar air 12,42 %, kadar abu 30 %, kadar sulfat 0,38 gram dan viskositas 541,58 cps. Bentuk fisik hasil pengendapan karaginan dapat dilihat pada gambar .

(a)


                                                                                        (b)
Gambar 1 Hasil pengendapan karaginan (Kapphycus alvarezii) menggunakan IPA (isopropil alkohol) (a) dan KCl (b)
  Pembahasan
Karaginan terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan merupakan bagian penyusun besar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan komponen lainnya (Hellebust dan Cragie 1978 dalam Uju 2005). Alga merah yang merupakan sumber utama karagenan adalah Chondrus cryspus yang menghasilkan kappa dan lambda karagenan, Eucheuma yang menghasilkan kappa dan iota karagenan serta Gigartina yang menghasilkan kappa dan lambda karagenan (Imeson 1992 dalam Uju 2005).
Karagenan dapat dibedakan menjadi kappa, iota dan lambda karagenan. Kappa dan iota karagenan merupakan fraksi yang mampu membentuk gel dalam air dan bersifat thermoreversible yaitu meleleh jika dipanaskan dan membentuk gel kembali jika didinginkan, sedangkan lambda karagenan tidak dapat membentuk  gel. Gel yang dibentuk dari kappa karagenan berwarna agak gelap dan mempunyai tekstur mudah retak, sedangkan gel yang terbentuk dari jenis iota berwarna lebih jernih dibandingkan kappa dan mempunyai tekstur empuk dan elastis (Fardiaz 1989 diacu dalam Pebrianata 2006). Karaginan jenis iota bersifat lebih hidrofilik karena adanya gugus 2-sulfat dapat menetralkan 3-6 anhydro-D-galaktosa yang kurang hidrofilik (Bixler dan Jhondro 2000 diacu dalam Uju 2005).
IPA (Isopropil alkohol) merupakan solven yang penggunaanya cukup besar di industri. Sebanyak 50% diperkirakan IPA telah diaplikasikan sebagai solven pada tahun 1992. Mengingat harga IPA relatif lebih tinggi dibandingkan pelarut jenis alkohol lain, untuk itu cara yang umum dilakukan adalah dengan merecovery IPA sebagai solven kembali (Silvia dan Darmawan 2007). Kalium klorida juga digunakan sebagai pengendap dalam proses pembuatan karaginan. KCl ini mengandung unsur klorin yang dapat mengikat air sehingga dapat mengendapkan bahan yang tersuspensi seperti karaginan. Hal ini terkait pada kandungan karaginan yang memiliki kadar air rendah dengan perubahan fase saat terjadi penggumpalan. Rendahnya kandungan air pada karagenan tersebut baik, karena salah satu syarat dari mutu karaginan yang baik adalah berkadar air rendah          (Winarno 1996).
Kadar air kappa karaginan (18%) lebih besar daripada iota karaginan (12,42%). Hal ini disebabkan perbedaan larutan pengendapan yang digunakan yaitu IPA dan KCl. Menurut Ulfah 2009, kappa karagenan memiliki kadar air yang lebih kecil dari pada iota karaginan. Hal ini disebabkan proses pengeringan karaginan. Proses pengeringan yang baik akan memberikan penurunan kadar air yang baik.  
Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar abu kappa karginan lebih kecil daripada iota karagian. Kadar abu suatu produk dipengaruhi oleh kandungan mineral yang terdapat  pada bahan tersebut. Hal ini diduga akibat penggunaan NaOH sebagai pengekstraknya, abu yang terbentuk berasal dari garam dan mineral yang menempel pada rumput laut yaitu Na yang terkandung pada NaOH. Kandungan garam dan mineral lain yang menempel pada rumput laut seperti Mg dan Ca sehingga kadar abu iota karaginan lebih tinggi daripada kappa karaginan (Yasita 2005). Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pembuatannya (Sukri 2006).
Kadar sulfat merupakan parameter yang digunakan untuk berbagai jenis polisakarida yang terdapat dalam alga merah (Winarno 1990 dalam Sukri 2006). Kadar sulfat iota karagian (0,38 gram) lebih besar daripada kappa karaginan (0,25 gram). Moirano (1997) dalam Winarno (1996) menyatakan bahwa semakin kecil kandungan sulfat maka nilai viskositasnya juga semakin kecil tetapi konsistensi gelnya semakin meningkat.  Semakin rendah kandungan sulfat pada karaginan maka menyebabkan kekuatan gel meningkat sehingga terbentuk kualitas karaginan yang lebih baik (Freile-Pelegrín dan Robledo 2007).

Viskositas adalah aliran molekul dalam sistem larutan. Viskositas iota karaginan (541,58 cps) lebih tinggi daripada kappa karaginan (354,64 cps0. Menurut FAO (1990) dalam Uju (2005), nilai viskositas karaginan berkisar antara 5 – 800 cps. Viskositas karaginan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi karaginan, suhu, tingkat dispersi, kandungan sulfat, inti elektrik, keberadaan elektrolit dan non elektrolit, teknik perlakuan, tipe dan berat molekul karaginan. Faktor lain yang mempengaruhi viskositas adalah kandungan sulfat, semakin rendah kandungan sulfat maka nilai viskositasnya juga semakin kecil tetapi konsistensi gelnya semakin meningkat (Moirano 1997 dalam Winarno 1996)

Komentar