HASIL
DAN PEMBAHASAN ANALISIS MUTU RUMPUT LAUT KERING
Hasil
Rumput Laut
adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut.
Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini
biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem
terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat
pasir dan karang mati. Komposisi utama dari rumput laut yang dapat digunakan
sebagai bahan pangan adalah karbohidrat.
Akan tetapi, karena kandungan karbohidrat sebagian besar terdiri dari
senyawa gumi, maka hanya sebagian kecil saja dari kandungan karbohidrat
tersebut yang dapat terserap dalam pencernaan manusia. Hal ini disebabkan
kandungan protein dan lemak pada rumput laut sangat sedikit. Demikian pula
halnya dengan kandungan mineral rumput laut yang sebagian besar terdiri dari
natrium dan kalsium, sedangkan kadar air rumput laut mencapai 80-90 % (Winarno,
1996).
Tingginya kandungan kadar air pada rumput laut
memungkinkan proses kemunduruan mutu rumput laut, karena air merupakan media
pertumbuhan mikroorganisme yang baik. Oleh karena itu, untuk mempertahankan
mutu rumput laut maka setelah proses pemanenan rumput laut dikeringkan dengan
bantuan sinar matahari. Pengeringan ini bertujuan untuk mempertahankan mutu
rumput laut sebelum dilakukan pengolahan dan pemasaran. Analisis mutu rumput
laut kering dilakukan untuk mengetahui mutu rumput laut yang sudah dikeringkan.
Hasil analisis mutu rumput laut kering disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji analisis mutu rumput laut kering
Parameter uji
|
Spesies
|
||||
Sargassum
sp.
|
Spinosum
sp.
|
Gracillaria
sp.
|
E cottonii
|
||
Bau
|
Kamis
|
Spesifik
|
Khas spesifik jenis
|
Khas spesifik
jenis
|
Amoniak
|
Sabtu
|
Sedikit bau amonia
|
Khas spesifik jenis
|
Segar spesifik jenis
|
Segar spesifik jenis dan netral
|
|
Warna
|
Kamis
|
Coklat kehijauan
|
Coklat
|
Coklat
|
Kecoklatan
|
Sabtu
|
Memudar menjadi putih krem
|
Warna krem dan coklat
|
Coklat kemerahan
|
Coklat muda dan coklat kekuningan
|
|
Kadar air
(%)
|
Kamis
|
36,95
|
28,04
|
38,03
|
74,40
|
Sabtu
|
38,50
|
29,25
|
40,25
|
39,75
|
|
Rata ± SD
|
37,37 ± 1,09
|
28,05 ± 0,86
|
39,14 ± 1,57
|
57,08 ± 24,50
|
|
Benda asing
(%)
|
Kamis
|
18,92
|
1,00
|
3,475
|
8,90
|
Sabtu
|
19,25
|
1,00
|
6,14
|
2,28
|
|
Kadar abu
(%)
|
30,50
|
19,50
|
23,5
|
33,50
|
|
Kadar abu tidak larut asam (%)
|
0,00
|
0,005
|
0
|
0,005
|
Berdasarkan Tabel 1. terlihat hasil uji analisis terhadap
mutu rumput laut kering. Pengamatan dilakukan dengan pembagian dua shift, yaitu
hari kamis dan hari sabtu. Spesies yang diamati adalah Sargassum, Spinosum, Gracilaria, dan Euchema cottonii. Parameter
yang diamati adalah karakteristik bau, warna, kadar air, benda asing, kadar
abu, dan kadar abu tidak larut asam. Karakteristik bau untuk
spesies Sargassum yang diamati pada
pengamatan hari kamis berbeda dengan Pengamatan ke hari sabtu. Pada pengamatan
hari kamis bau spesifik jenis, sedangkan pada pengamatan kedua terdapat sedikit
bau amoniak. Pengamatan bau terhadap spesies Spinosum memiliki bau yang khas spesifik jenis untuk kedua hari
pengamatan tersebut. Spesies Gracilaria menunjukkan
bau segar spesifik jenis pada kedua pengamatan, sedangkan spesies Euchema cottonii menunjukkan bau amoniak
pada pengamatan hari kamis dan bau segar spesifik jenis hingga netral pada
pengamatan hari sabtu.
Pengamatan
kedua yang dilakukan adalah uji terhadap warna rumput laut kering. Warna rumput
laut Sargassum yang diamati pada
pengamatan hari kamis adalah coklat kehijauan sedangkan pada pengamatan ke
sabtu warnanya berubah menjadi putih krem. Pengamatan terhadap spesies Spinosum menunjukkan warna coklat dan
krem hingga coklat. Gracilaria
merupakan spesies rumput laut yang berwarna coklat hingga kemerahan seperti
yang tampak pada pengematan kamis dan sabtu. Warna kecoklatan serta coklat
kekuningan merupakan warna yang tampak dari spesies E. cottonii pada pengamatan kamis dan sabtu.
Pengamatan terhadap kadar air rumput
laut menghasilkan kadar yang berbeda-beda. Kadar air yang diperoleh pada kedua
pengamatan dari masing – masing spesies
kemudian dirata-ratakan sehingga didapatkan rata – rata kadar air dari
setiap spesies. Rata – rata kadar air spesies Sargassum adalah (37,73 ± 1,09) %, Spinosum (28,05 ± 0,86) %, Gracilaria ( 39,14 ± 1,57)%, dan E. cottonii (57,08 ± 24,5)%.
Benda
asing yang terdapat dalam rumput laut kering dipisahkan, kemudian ditimbang
sehingga diperoleh rasio antara benda asing dengan berat keseluruhan rumput
laut. Benda asing pada Sargassum pada
pengamatan hari kamis adalah sebesar 18,92 % dan 19,25 % pada pengamatan hari
sabtu. Pada Spinossum 1,00 % untuk
pengamatan hari kamis dan hari sabtu. Benda asing pada spesies Gracilaria sebesar 3,48 % pada
pengamatan hari kamis dan 6,14 pada pengamatan hari sabtu, dan spesies yang
terakhir E. cottonii memiliki benda
asing sebesar 8,9 % pada pengamatan hari kamis dan 2,28 % pada pengamatan hari
sabtu.
Pengamatan
kadar abu terhadap rumput laut kering menghasilkan nilai 30,5 % untuk spesies Sargassum, 19,5 % untuk Spinosum, 23,5 % untuk Gracilaria, serta 33,5 % untuk E. cottonii. Selanjutnya dilakukan
pengamatan kadar abu larut asam dan diperoleh nilai 0 % untuk Sargassum, 0,005 % untuk Spinosum,
0 % untuk Gracilaria, dan yang
terakhir 0,005 % untuk E. cottonii.
Pembahasan
Rumput laut merupakan tumbuhan perairan yang mempunyai
struktur serupa dengan tumbuhan daratan yaitu memiliki akar, daun, rhizom dan
dapat menghasilkan buah, biji serta bunga. Rumput laut kering merupakan rumput
laut yang telah dibersihkan dan dikeringkan hingga kadar airnya rendah. Rumput
laut kering biasanya menggunakan jenis Euchema
cotonii, Gellidium, Gracillaria dan Spinosum. Spesifikasi mutu rumput laut
kering yang disarankan oleh ISAC, secara
garis besar dapat diuraikan sebagai berikut; spesifikasi umum, bebas dari
kotoran dan sampah, bebas dari jamur, bebas dari bau asam, bau peragian, bau
apek dan bau asing lainnya. Spesifikasi standar yaitu mempunyai rata-rata kadar
air maksimum 35%, jumlah keseluruhan benda asing, termasuk pasir, garam,
karang, kayu, dn rumput laut lainnya maksimum 5% dari berat. Tolak ukur lainnya
sebagai standar mutu, seperti kekuatan gel, kekentalan, kadar sulfat dan
lain-lainnya. Setiap industri pengolahan memiliki standar tersendiri
disesuaikan dengan teknologi pengolahan yang digunakan, serta penggunaan hasil
olahan dalam industri hilirnya Anggadireja 2000, diacu dalam Wadli 2005).
Berdasarkan Tabel
1, diperoleh perbedaan bau dan warna pada setiap jenis rumput laut yang
digunakan pada hari kamis dan sabtu. Pada semua jenis rumput laut yang
digunakan pada saat praktikum termasuk dalam keadaan yang cukup baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari pengujiaan sensori atau organoleptik yang didapat.
Rata-rata keempat jenis rumput laut yang digunakan mempuyai bau yang spesifik
dimana nilai sensorinya adalah 7 (SNI 2690.1:2009). Jenis Spinosum dan Gracillaria memiliki
nilai kesegaran yang tinggi dan cocok digunakan dalam rumput laut kering. Persyaratan
rumput laut kering menurut SNI 2690.1:2009 pada jenis Euchema cotonii, Gellidium dan Gracillaria
adalah yang memiliki bau khas spesifik jenis karena rumput laut kering
iniakan digunakan sebagai produk pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Kadar air merupakan faktor yang secara langsung
mempengaruhi mutu rumput laut sebagai bahan baku ditinjau dari segi kimia dan
fisika, terutama selama penyimpanan di gudang. Pada kondisi dan kekuatan
gel. Kadar air pada Sargassum,
Spinosum, Glacilaria, E. Cottonii pengamatan hari kamis sebesar 38,50%, 29,25%,,
40,25%, dan 39,75%. Berdasarkan SNI SNI 2690.1:2009 kadar air yang terkandung
pada rumput laut Euchema cotonii
adalah 30-35% dan batas minimalnya adalah 30%. Hal tersebut berbeda dengan
hasil perhitungan kadar air pada saat praktikum, perhitungan kadar airnya
39,75%. Hal tersebut terjadi akibat dari proses penyimpanan, pengaruh perbedaan
awal jenis rumput laut, pengaruh lingkungan, pengaruh pengeringan dan
pengeringan rumput laut itu sendiri. Begitu juga dengan rumput laut jenis sargassum, Spinosum dan juga Glaciraria
dimana standar kadar airnya berkisar antara 15-20%. Kadar air yang stndar
sangat berbeda jauh dengan kadar airnya. Tingginya kandungan kadar air pada
rumput laut memungkinkan proses kemunduruan mutu rumput laut, karena air
merupakan media pertumbuhan mikroorganisme yang baik. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan mutu rumput laut maka setelah proses pemanenan rumput laut
dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Pengeringan ini bertujuan untuk
mempertahankan mutu rumput laut sebelum dilakukan pengolahan dan pemasaran. Semakin
rendah kadar air rumput laut, umur simpan, dan daya tahan terhadap kemungkinan
rusaknya bahan oleh mikroorganisme pembusuk semakin lama. Hal ini dikarenakan
media air berupa air bebas digunakan mikroorganisme sebagai media tumbuh sudah
berkurang atau tidak mampu lagi menampung kehidupan mikroorganisme tersebut
sehingga lama waktu penyimpanan semakin lama.Menurut Suryaningrum (1991), diacu
dalam Wadli (2005) rumput laut kering dengan kadar air di bawah 35% (bb) mampu
bertahan sampai dengan 1-2 tahun. Rumput laut yang dikehendaki kadar air lebih
rendah dari 35% yang mejadi indikator tingkat kekeringan rumput laut.
Benda asing merupakan benda yang tidak diinginkan
terdapat pada rumput laut. Benda asing dapat berupa pasir, garam, karang, batu
maupun kayu. Pengujian pada parameter benda asing diperoleh hasil pada jenis Spinosum dan Euchema cotonii terdapat
benda asing yang lebih sedikit dibandingkan dengan jenis rumput laut lainnya.
Semakin sedikit benda asing yang terdapat pada rumput laut maka semakin baik mutu
rumput laut keringnya. Hal ini karena rumput laut kering merupakan rumput laut
yang telah dibersihkan dari benda asing yang akan berpengaruh terhadap
beratnya. Tetapi berbeda dengan jenis rumput laut jenis Gellidium dan Gracillaria
yang mempunyai kandungan benda asingnya cukup tinggi sebesar 19,25% dan 6,14%.
Hal tersebut terjadi akibatnya terlalu banyaknya benda-benda asing yang melekat
pada rumput laut tersebut dan pada saat pembersihan dari benda asing kurang
maksimal pembersihannya. Persyaratan benda asing yang baik pada jenis Euchema, Gellidium dan Gracillaria adalah
rumput laut yang memiliki benda asing maksimal 5% dari bobot total rumput laut
(SNI 2690.1:2009). Zat-zat pengotor tersebut dapat mempengaruhi nilai
pengujian mutu, terutama parameter uji bau dan warna. Zat asing ini akan
memudarkan atau menutup warna asli dari rumput laut sehingga warna tidak
terekspresi. Zat asing yang terbanyak terjadi pada jenis rumput laut Sargasssum. Zat asing ini pun dapat
mempengaruhi bau spesifik rumput laut. Bau khas rumput laut akan tertutupi oleh
bau zat asing tersebut, biasanya zat asing tersebut adalah garam-garaman dan
sisa hasil produksi limbah industri.
Untuk kadar abu semua jenis rumput laut yang sudah
dihitung dapat diketahui bahwa kadar abu rata-rata setiap jenis rumput laut
diatas 20%. Dimana sargassum dan E. cotonii memiliki kadar abu yang cukup tinggi mencapai
30%. Hal tersebut menandakan bahwa rumput laut tersebut mengandung
komponen-komponen mineral baik makro dan mikro yang cukup tinggi (Regina 2008).
Kadar abu untuk tidak larut asam pada semua jenis rumput
laut rat-rata dibawah 1%. Hal tersebut diakibatkan dari proses pengeringan dan
pencucian yang bersih sehingga asam-asam silika tidak ada yang menempel pada
rumput laut tersebut. Kandungan komponen kadar abu tidak larut asam ini sangat
berpengaruh kepada mutu produk yang dihasilkan oleh rumput laut itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar