MAKALAH
DIVERSIFIKASI PRODUK HASIL
PERAIRAN
BAKSO KEONG
MAS
Maju Pangaribuan C34080075
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ”Bakso Keong Mas” merupakan tugas pada
mata kuliah Diversifkasi Produk Hasil Perairan (THP333). Makalah ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Diversifkasi Produk Hasil Perairan
(THP333) di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini, terutama kepada:
1.
Ibu Dr.Ir. Wini Trilaksani,M.si selaku dosen koordinator yang telah
memberikan pengarahan dalam penyusunan usulan makalah ini.
2.
Bapak Ir.Bambang Riyanto,M.si selaku dosen mata kuliah Diversifkasi Produk
Hasil Perairan (THP333).
3.
Kedua orangtua tercinta, untuk dukungan yang diberikan baik dukungan moral
maupun materiil yang telah diberikan pada penulis tanpa batas.
4.
Teman-teman penulis dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril dalam penyusunan
usulan magang ini.
Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat diharapkan.
Bogor , 31 Mei 2011
Penulis
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diversifikasi
hasil perikanan diharapkan mampu meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat.
Salah satu makanan primadona di Indonesia adalah bakso karena digemari banyak
kalangan, tanpa mengenal batas usia dan strata sosial. Bakso merupakan produk emulsi daging yang di dalamnya
terdapat lemak dan air yang berfungsi sebagai fase diskontiyu dan fase kontiyu
(Adawyah 2007).
Bakso yang
digemari banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki rasa yang enak dan
tekstur yang kenyal, empuk dan lembut serta cara penyajiannya yang mudah.
Boraks banyak digunakan pedagang bakso karena harga yang murah, mampu
memperbaiki warna, tekstur dan rasa bakso serta berfungsi sebagau bahan
pengawet. Perlunya bahan alami pengganti boraks (Erungan et al. 2008).
Keinginan
pemerintah Indonesia yang ingin mengimpor bakso ikan dari laur negeri karena
pasokan bahan baku ikan yang makin langka (KKP 2011). Keong mas dapat dijadikan
bahan baku substitusi ikan sebagai bahan baku pembuatan bakso. Perkembang
biakkan keong mas yang cepat dan sering menjadi hama pada tanaman padi dapat
dikurangi dengan melakukan pengolahan pada keong mas. Makalah ini bermanfaat
mempelajari menhenai bakso ikan.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan menemukan komposisi
bahan pada pembuatan bakso keong mas serta mengetahui bahan-bahan yang mampu
meningkatkan emulsi dan daya aawet bakso keong mas
2
ISI
2.1 Keong Mas
Keong mas atau disebut keong murbai (Pomacea canaliculata)
termasuk keong air tawar dengan cangkang berbentuk bulat mengerucut berwarna
kuning keemasan. Keong mas banyak dijumpai karena perkembangan populasi yang
cepat. Keong mas merupakan sumber protein yang sangat potensial karena
dagingnya mengandung 12,2 % protein (Soegong 2003 dalam Budi 2005). Kandungan
gizi keong mas disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi 100 gram daging keong mas
No
|
Nutrisi
|
Jumlah
|
1
|
Energi makanan (kalori)
|
83
|
1
|
Protein (g)
|
12,2
|
2
|
Lemak (g)
|
0,4
|
3
|
Karbohidrat (g)
|
6,6
|
4
|
Abu (g)
|
3,2
|
5
|
Fosfor (mg)
|
6,1
|
6
|
Natrium (mg)
|
40
|
7
|
Kalium (mg)
|
17
|
8
|
Riboflavin (mg)
|
12
|
9
|
Niacin (mg)
|
1,8
|
Sumber
: Budi 2005
2.2 Bakso Ikan
Bakso merupakan produk emulsi daging yang di
dalamnya terdapat lemak dan air yang lemak dan air yang berfungsi sebagai fase
diskontiyu dan fase kontiyu. Komponen daging yang berperan dalam produk bakso adalah
protein yang larut garam terutama aktin dan miosin. Aktin dan myosin merupakan
protein kontraktil, protein kontraktil pada ikan lebih banyak dibandingkan
hewan mamalia. Berdasarkan karakteristiknya, bakso ikan
tergolong bahan pangan yang mudah
rusak akibat aktivitas mikroba,
karena memiliki pH yang relatif tinggi (di atas 5,2) dan aktivitas air yang tinggi (aw diatas 0,91) (Erungan et
al. 2008).
Proses pembuatan bakso
umumnya sebagai beriku. Daging dilumatkan kemudian ditimabangkan, bumbu
ditambahkan kedaging kemudian dilakukan pengadonan dengan menambahkan air es,
daging dicetak bulat-bulat, daging kemudian dimasukkan di air hangat, dilakukan
perebusan hingga bakso mengapung dan bakso siap disajikan (Adawyah 2007).
Produk bakso keong mas menggunakan bahan baku daging keong mas dari bagian kaki
jalan. Produk dibuat dengan cara preparasi keong mas dari cangkang. Daging
keong mas dicuci dan diambil bagian kaki jalan. Daging dilumatkan kemudian
ditimbang. Daging ditambahkan bumbu-bumbu. Pengadonan dengan menggunakan air
es. Daging dibentuk bulat-bulat kemudian dimasukkan dalam air hangat. Dilakukan
perebusan hingga bakso mengapung kemudian bakso siap disajikan. Prospek bakso
keong mas sangat menjanjikan karena bahan baku yang mudah didapat, perkembang
biakkan keong mas yang cepat dan mudah, kandungan protein yang tinggi dan
kandungan mineral yang tinggi.
2.3
Peningkatan
emulsi bakso
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu
cairan dalam cairan yang lain dimana molekul kedua cairan tidak saling berbaur
tetapi saling antagonistik. Tiga bagian utama emulsi yaitu bagian yang
terdispersi yang terdiri dari lemak, bagian kedua yang biasanya terdiri dari
lemak. Bagian kedua disebut sebagai media pendispersi yang dikenal sebagai continuos phase. Bagian ketiga adalah emulsifier
yang berfungsi menjaga agar butir minyak tetap tersuspensi di dalam air.
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang
dapat terikat baik pada minyak maupun air. Bila emulsifier lebih terikat
pada air atau lebih larut dalam air (polar) sehinnga terjadi emulsi minyak
dalam air (o/w) dan sebaliknya bila emulsifier lebih larut dalam minyak
(nonpolar) sehingga terjadi emulsi air dalam minyak (w/o) (Winarno 2008).
Komposisi 10% tepung beras dan ukuran tepung
beras yang kecil memberikan kualitas emulsi yang lebih baik pada bakso (Huang et
al. 2005). Penambahan gum curdlan meningkatkan viskositas bakso. Penggunaan
gum curdlan dan tepung beras memberikan emulsi dan cita rasa yang baik pada
bakso (Hsu dan chung 2000).
Lemak pada produk dari daging sangat penting
yang berfungsi menstabilkan emulsi, mengurangi kehilangan bahan pada pemasakkan,
meningkatkan daya ikat air dan kekenyalan (Hsu dan Yu 2002). Rye bran digunakan sebagai pengganti lemak
pada bakso. Penambahan rye bran menyebabkan bakso memiliki kosentrasi lemak
total dan sedangkan protein, kadar abu meningkat . Penambahan rye bran sebanyak
5% dan 10% memberikan daya terima bakso yang tinggi (Yilmaz 2004). Penambahan
lemak dari tumbuhan seperti lemak kedelai, minyak kelapa dan minyak palem
memberikan pengaruh yang negatif pada emulsi bakso (Hsu dan Yu 2002).
2.4
Peningkatan
daya awet bakso
Sodium tripolifosfat (STPP) merupakan bahan
pengawet sintetik yang sering digunakan pada bakso. Jumlah penggunaan STPP yang
diizinkan adalah 3 gram untuk setiap kilogram daging atau 0,3 % dari berat
daging yang digunakan. Penggunaan kitosan 0,1 % dan karagenan 0,5 % membentuk
gel dan daya awet dengan dibandingkan perlakuan penambahan STPP 0,15 % pada
penyimapan suhu dingin dan suhu beku (Erungan et al. 2008). Gel yang baik dari karagenan terutama kappa
karagenan. Karagenan juga dapat berfungsi sebagai sumber gizi karena mengandung
karbohidrat, protein, sedikit lemak dan abu yang sebagaian besar merupakan
senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, karaginan mengandung vitamin
A,B,B,B,B ; serta mineral seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi
dan iodium (Anggadiredja et al. 2006).
Kitosan memberikan daya awet pada produk karena adanya gugus yang reaktif
terhadap dingding sel bakteri yaitu amina yang bersifat bakterisidal dan
bakteriostatik (Winarno 2008).
Penambahan karagenan dan kitosan menyebabkan
penambahan rendemen dibandingkan rendemen bakso dengan penambahan STTP. Hal ini
disebabkan kitosan memiliki sifat molekul higrokopis yang dapat menyerap air
dan karagean yang dapat meningkatkan daya ikat air (Erungan et al. 2008). Peningkatan konsentrasi
karagenan mengurangi tingkat kekenyalan pada produk emulsi seperti sosis
jikankonsentrasi diatas 0,8% (Ayadi et
al. 2009).
3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Bakso merupakan produk emulsi
daging yang di dalamnya terdapat lemak dan air yang lemak dan air yang
berfungsi sebagai fase diskontiyu dan fase kontiyu. Komponen daging yang berperan
dalam produk bakso adalah protein yang larut garam terutama aktin dan myosin. Penggunaan gum
curdlan dan tepung beras memberikan emulsi dan cita rasa yang baik pada bakso.
Penggunaan
kitosan 0,1 % dan karagenan 0,5 % membentuk gel dan daya awet dengan
dibandingkan perlakuan penambahan STPP 0,15 % pada penyimapan suhu dingin dan
suhu beku. Prospek bakso keong mas sangat menjanjikan karena bahan baku
yang mudah didapat, perkembang biakkan keong mas yang cepat dan mudah,
kandungan protein yang tinggi dan kandungan mineral yang tinggi.
3.2 Saran
Perlunya kajian mengenai karakteristik protein pada keong
mas (Pomacea canaliculata)
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah
R. 2007. Pengolahan Dan
Pengawetan Ikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Anggadiredja JT,
Zatnika A, Purwoto H, Istiani S. 2006. Rumput
Laut Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Ayadi
M, Kechaou A, Makni I, Attia H. Influence of carrageenan addition on turkey
meat sausages properties. Journal of Food
Engineering 93 (2009) : 278–283.
Budi
R. 2005. Karakteristik pepton keong Mas (Pomacea canaliculata)
[SKRIPSI]. Bogor : Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Erungan A,
zahiruddin W dan Wiraswanti I. 2007. pemanfaatan
karagenan dan kitosan dalam pembuatan bakso ikan kurisi(Nemipterus
nematophorus) pada penyimpanan suhu dingin dan beku. Buletin Teknologi Hasil Perikanan XI(1) : 2008.
[KKP] kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2011.
Pembatalan impor bakso ikan. Http
:\\www.kkp.org [28 februari 2011].
Huang
S, Shiau C, Liu T, Chu C dan Hwang D. 2005. Effects of rice bran on sensory and
physico-chemical properties of emulsified pork meatballs. Meat Science 70 (2005) : 613–619.
Hsu S dan Chung H. 2000. Interactions of konjac, agar, curdlan
gum, k-carrageenan and reheating treatment in emulsified meatballs. Jurnal of Foood Enggineering 44(2000) :
199-204.
Hsu
S dan Yu S. 2002. Interaction effects of soybean oil, coconut oil, palm oil and
simmering treatment on low fat emulsified meatballs. Journal of Food Engineering 56 (2002) : 105–109.
Yilmaz
I. 2004. Effects of rye bran addition on fatty acid composition and quality
characteristics of low-fat meatballs. Meat
Science 67 (2004) : 245–249.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan Dan Gizi . Bogor : M-BRIO
PRESS.
Komentar
Posting Komentar