1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mutu
ikan yang digunakan sebagai bahan baku pada pengolahan sangat berpengaruh
terhadap kelancaran proses prngolahan dan berpengaruh terhadap mutu produk yang
dihasilkan. Iklim tropis Indonesia dengan suhu dan kelembaban yang tinggi
sangat mendukung terhadap proses pembusukkan ikan sehingga memungkinkan
kerusakkan ikan berlangsung dengan cepat bila tidak ada upaya untuk
menghambatnya. Penanganan awal yang baik sangat menentukan terhadap mutu ikan
segar yang dihasilkan (Irianto dan Giyatmi 2009).
Pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum
digunakan untuk mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan,
pengangkutan, maupun penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain (Afrianto dan Liviawaty 1989). Pendinginan dapat dilakukan dengan penggunaan es. Es merupakan media pendingin (refrigerant)
yang digunakan untuk mendinginkan ikan. Pendinginan ikan bertujuan untuk
menghambat kegiatan mikroorganisme dan proses-proses kimia serta fisis lainnya
yang mempengaruhi atau yang dapat menurunkan kesegaran ikan. Penurunan suhu ikan dilakukan dengan media
pendingin yang berfungsi untuk menarik panas dari dalam tubuh ikan sehinga suhu
tubuh ikan menjadi lebih rendah. Semaikn besar panas ikan yang diserap oleh
media pendingin tersebut maka suhu ikan akan semakin rendah (Junianto 2003).
Penggunaan es dari berbagai jenis es yang
berbeda. Es yang digunakan yaitu
es basah (wet ice) dan es kering
(dry ice). Tiap jenis es yang
digunakan memiliki cara pembuatan dan penggunaan yang berbeda. Tiap es ini
memiliki karakter masing-masing serta keunggulan dan kelemahan dalam
penggunaanya. Dengan demikian, pengetahuan mengenai jenis es ini perlu dikaji
lebih lanjut untuk mengoptimalisasi dalam proses pendinginnan untuk mempertahankan
mutu ikan.
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui jenis es yang digunakan dalam sistem
refrigerasi.
2. ISI
Pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum
digunakan untuk mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan,
pengangkutan, maupun penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain (Afrianto dan Liviawaty 1989). Pendinginan dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme penyebab mundurnya mutu ikan, sehingga penurunan suhu melalui
pendinginan ini dapat membantu dalam mempertahankan mutu kesegaran ikan.
Pendinginan yang sering dikenal secara sederhana,
murah dapat dilaksanakan dengan menggunakan es (Moeljanto 1992 diacu dalam
Halim 2005). Es yang
digunakan sebagai media pendingin dalam sistem refrigerasi. Es batu merupakan medium pendingin
yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu
dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan
biaya yang diperlukan juga relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
penggunaan medium pendingin lain (Afrianto dan Liviawaty 1989).
Fungsi es dalam pendinginan ikan yaitu (Adawiyah
2007):
§ Menurunkan suhu daging sampai mendekati 0 oC
§ Mempertahankan suhu ikan tetap dingin
§ Menyediakan air es untuk mencuci lendir,
sisa-sisa darah, dan bakteri dari permukaan badan ikan
§ Mempertahankan keadaan berudara (aerobik)
pada ikan, selama disimpan di dalam palka
Es berdasarkan bentuknya terdiri dari es
balok dan es curai (Adawyah 2007). Es balok (block ice) berbentuk
balok berukuran 12-60 kg per balok. Penggunaan es balok lebih lama mencair dan
menghemat penggunaan tempat pada palka. Es balok ditransportasikan dan disimpan
dalam bentuk balok serta dihancurkan bila akan digunakan secara sederhana dengan
alat pemukul/palu, tetapi butiran es tidak cukup kecil untuk dapat kontak
dengan ikan sehingga suhu lingkungan yang tinggi masih berpengaruh. Selain
memukul dengan alat pemukul atau palu, cara efektif menghancurkan es balok adalah
dengan menggunakan mesin penghancur yang dapat menghasilkan butiran 1 cm x 1
cm. Proses pendinginan ikan dengan menggunakan es balok relatif lambat dan
dapat mengakibatkan kerusakan fisik ikan karena himpitan atau tekanan dari
bongkahan es (Junianto 2003).
Es curai (flake ice) berbentuk lempengan
tipis 5 mm dengan diameter 3cm yang merupakan hasil pengerukan dari lapisan es
yang terbentuk di atas permukaan pembeku yang berbentuk silinder. Es curai
adalah istilah yang diberikan pada jenis es yang dibuat dalam bentuk kepingan
kecil, yang dalam perdagangan dikenal dengan nama es keping atau es serpih (flake ice) (Wulandari 2007). Es curai
memiliki beberapa kelebihan diantaranya lebih mudah penggunaannya dan kontak
dengan permukaan ikan lebih cepat sehingga suhu tubuh ikan lebih cepat turun.
Kelemahan penggunaan es curai adalah es curai memerlukan ruang yang lebih besar
untuk penyimpanannnya dan es lebih cepat meleleh karena proses pembuatannya
kurang dari titik beku (Junianto 2003).
Es curai memiliki beberapa kelebihan diantaranya lebih
mudah penggunaannya dan kontak dengan permukaan ikan lebih cepat sehingga suhu
tubuh ikan lebih cepat turun. Kelemahan penggunaa
es curai adalah es curai memerlukan ruang yang lebih besar untuk
penyimpanannnya dan es lebih cepat meleleh karena proses pembuatannya kurang
dari titik beku.
Es bersasarkan sifatnya terdiri dari es
basah dan es kering. Sifat dan fungsi dari tiap jenis es berbeda, baik dari
segi cara pembuatan maupun penggunaannya. Es yang banyak digunakan dengan harga
lebih murah yaitu es basah dan es ini digunakan yaitu dalam berbagai bentuk.
1. Es Basah (Wet Ice)
Es basah atau lebih dikenal dengan es batu merupakan
air yang dibekukan. Air adalah satu dari banyak komponen di bumi ini yang
memiliki sifat khas thermal. Es basah memiliki kapasitas untuk menyerap panas
dibandingkan bahan lainnya. Hal ini menandakan bahwa es basah mencair atau
mengalami perubahan fase dari padat menjadi cair akan mempertahankan temperatur
pada fase tersebut, misalnya 0 oC untuk waktu yang lama. Es basah
biasanya dikemas dengan plastik atau langsung diletakkan di dalam kontainer
pengiriman. Keuntungan penggunaan es basah adalah pada suhu 0 oC, es
basah aman untuk digunakan. Penggunaan es basah dapat diperkirakan baik dari
suhu maupun lama waktunya (Ilyas
1983 diacu dalam Erlangga 2009).
2. Es kering (Dry Ice)
Proses penurunan suhu tubuh ikan dengan
menggunakan es kering biasa disebut sebagai proses penurunan suhu secara tidak
langsung. Es kering memang tidak langsung menurunkan suhu tubuh ikan, tetapi
hanya berfungsi menurunkan suhu udara di dalam ruangan tempat penyimpanan.
Dengan menurunya suhu ruangan penyimpanan ikan, maka suhu tubuh ikan juga akan
menurun (Afrianto dan Liviawaty 1989).
Es kering adalah karbondioksida yang
“dibeku-kan” sehingga bisa digunakan sebagai pengganti es batu. Es kering ini
tidak “mencair” namun menguap menjadi gas, disebut juga menyumblim. Tidak
seperti sewaktu kamu menggunakan es batu biasa, menggunakan es kering tidak
akan menyebabkan wadah menjadi basah atau lembab. Es kering memiliki temperatur
yg lebih rendah dari es biasa, yaitu -79oC (yaitu 79 oC
dibawah titik nol) (Anonimc 2008).
Es kering terbuat dari bahan CO2
melalui proses tertentu. Gas
CO2 sebagai hasil sampingan dari pupuk urea, berupa gas yang tak
berwarna, berasa asam, sedikit berbau lunak dan menghasilkan gas panas
bertekanan tinggi. Gas panas
tersebut kemudian didinginkan hingga mengembun menjadi cairan CO2
yang bertekanan tinggi. Cairan tersebut diturunkan tekanannya menjadi 1 atm
melalui alat penyemprot sehingga menghasilkan ”salju”, dan salju itu kemudian
dimampatkan menjadi kristal-kristal es kering yang siap dipakai (Adawyah 2007).
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendinginan dapat dilakukan dengan
penggunaan es. Jenis es yang
dapat digunakan yaitu es basah (wet ice) dan es kering (dry
ice). Es basah dibedakan dalam berbagai bentuk, yaitu balok, tabung, keping
tebal (lempengan), keping tipis/curai (flake
ice), dan halus (slush ice). Es kering terbuat dari CO2
melalui pembekuan yang memiliki temperatur lebih rendah dari es biasa (basah).
Medium pendingin berupa es ini digunakan untuk membantu mempertahannkan
kesegaran ikan.
3.2 Saran
Penulis mengharapkan perlunya kajian
membuat tentang penambahan bahan tambahan yang dapat membuat es lebih tahan
lama mencair.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Afrianto E, Liviawaty E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Yogyakarta: Kanisius.
Anonim a. 2009. Block ice. http://alibaba.com [1 April 2011]
Anonim b. 2007. Flake ice. http://castelmac.eu [1 April
2011]
Anonimc.
2008. Es kering. http://www.esindex.com [1 April 2011].
Anonimd. 2008. Refrigerants. http://www.coldchaininfo.com [1 April
201]
Erlangga. 2009. Kemunduran mutu fillet ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus) pada penyimpanan suhu chilling pada perlakuan cara kematian[skripsi]. Bogor: Depatemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Halim DF. 2005. Analisis harga produk produksi dan titik inpas es balok dan
jasa cold storage perum prasarana
Perikanan Samudera cabang Jakarta [skripsi]. Bogor : Depatemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Irianto H dan Giyatmi S. 2009. Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Universitas Terbuka
Junianto. 2003. Teknik Penanganan
Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Komentar
Posting Komentar