Laporan
praktikum
Hari/tgl : Senin, 26 April 2010
m.k
Dasar-Dasar Teknologi Hasil Perairan Dosen : Dr. Ir. Bustami Ibrahim M.Sc
AGAR-AGAR KERTAS
Oleh
:
Kelompok
4
Siska
Warsiyaningsih C34080018
Ernawati C34080060
Maju
Pangaribuan C34080075
Mawaddah Renhoran C34080093
DEPARTEMEN
TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2010
- PENDAHULUAN
Indonesia
dikenal sebagai Negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan
mempunyai garis pantai terpanjang dunia yaitu kurang lebih 80791,24 km (Putra
2006), serta memiliki potensi besar sebagai penghasil rumput laut. Menurut
data, pada 2007 produksi rumput laut Indonesia mencapai 94.000 ton dan diharapkan
pada tahun 2010 Indonesia ditargetkan menjadi produsen rumput laut terbesar di
dunia (Anggadiredja 2008). Sementara itu, menurut DKP (2007) rumput laut
mengalami kenaikan dari tahun 2002-2006 yaitu, sekitar 62,01% per tahun. Pada
tahun2002 mencapai 223.080 ton, pada tahun 2003 mencapai 231.927 ton, pada
tahun 2004 mencapai 397.964 ton, pada tahun 2005 mencapai 866.388 ton dan
meningkat menjadi 1.341.141 ton pada tahun 2006.
Potensi
rumput laut di Indonesia diperkirakan sebesar 480.850 ton/tahun dengan potensi
rumput laut Gracilaria sp. sebesar
23.300 ton/tahun dan Gelidium sp.
sebesar 4.500 ton/tahun. Beberapa jenis rumput laut dari golongan Rhodophyceae
(Gracilaria dan Gelidium) biasa dipakai
sebagai sumber agar-agar.
Pemasaran
rumput laut selama ini masih pada pendekatan komoditas yang nilai tambahnya
kecil karena hampir seluruh produksi rumput laut Indonesia diekspor ke luar
negeri dalam bentuk rumput laut kering sebagai komoditas. Dengan demikian, nilai tambah yang besar dinikmati
oleh negara pengimpor yang akan mengolahnya lebih lanjut menjadi berbagai jenis
produk (Irianto dan Giyatmi 2009).
Menanggapi
hal ini, kami tertarik untuk melakukan survey mengenai produk olahan rumput
laut yakni agar-agar. Adapun jenis agar-agar yang akan dijadikan objek ialah
agar-agar kertas yang masih banyak beredar di pasaran. Dengan demikian, kami
dapat mengetahui sifat, cara pengolahan, kandungan gizi, serta potensi yang
terdapat pada agar-agar rumput laut.
II. DESKRIPSI PRODUK
2.1 Bahan Baku (Gracilaria
sp.)
Bahan
baku yang digunakan untuk mengolah agar kertas biasanya adalah rumput laut
jenis Gracilaria yang juga dikenal
sebagai agar merah yaitu jenis Gracilaria alam yang banyak dijumpai di Pantai
Selatan P. Jawa dan Bali. Jenis rumput luat lain yang digunakan adalah rumput
laut jenis Gracilaria dari hasil budidaya
di tambak. Jenis rumput laut agar merah dapat di gunakan sendiri atau dicampur.
Gracilaria tambak sendiri biasanya
menghasilkan agar-agar yang lembek sehingga sulit dilakukan preparasi. Oleh
karena itu, untuk memperkuat gel agar-agar yang terbentuk, Gracilaria tambak di campur dengan agar merah dengan perbandingan
tertentu (Maulidin 2010). Penampakan Gracilaria
sp. dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.
Gracilaria sp.
Sumber : Anonima (2010)
Domain : Eukaryota
Filum : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Gracilariaes
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Gracilaria sp adalah rumput laut
yang termasuk pada kelas alga merah (Rhodophyta) dengan nama daerah yang bermacam-macam,
seperti: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung, dongi-dongi, bulung
embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe, bulung sangu dan lain-lain (Angkasa
et al 2009)
Gracilaria sp. umumnya mengandung agar-agar sebagai
hasil metabolisme primernya. Agar-agar diperoleh dengan melakukan ekstraksi
rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta diproduksi
dan dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu: agar-agar tepung, agar-agar kertas
dan agar-agar batangan. Setelah menjadi agar-agar, kemudian agar-agar ini
diolah menjadi berbagai bentuk pangan (kue), seperti pudding dan jeli atau
dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Kandungan
serat agar-agar relatif tinggi oleh karena itu agar-agar dikonsumsi pula
sebagai makanan diet. Melalui proses tertentu agar-agar diproduksi pula untuk
kegunaan di laboratorium sebagai media kultur bakteri atau kultur jaringan (Angkasa et al 2009).
Sejak berabad lalu, nenek moyang kita telah
memanfaatkan gracilaria sebagai makanan. Baik dimasak dengan air kelapa atau
dengan air santan dan gula, rumput laut dibuat penganan atau dimasak
oseng-oseng atau tumis. Di beberapa daerah pesisir di wilayah nusantara ini,
gracilaria diyakini dapat dimakan sebagai pencegah GAKI. Hal ini semakin jelas
dari beberapa hasil penelitian, ternyata beberapa jenis gracilaria banyak mengandung
Iodium (Angkasa et al
2009).
2.2 Agar-agar
Kertas
Agar-agar dapat berbentuk batang, kertas maupun tepung
(powder). Agar kertas merupakan salah satu bentuk pemanfaatan rumput
laut. Teknologinya cukup sederhana dan tepat guna sehingga cocok untuk
dikembangkan di daerah pedesaan, terutama di sekitar pusat produksi rumput
laut. Pengolahan agar-agar kertas dari ekstrak rumput laut Glacilaria yang sudah lama berkembang menjadi salah satu usaha
skala rumah tangga (small skill industry)
secara turun-temurun di daerah Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat (Maulidin 2010). Contoh produk dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Lembaran agar-agar
kertas
Sumber: Hendrayana (2009)
Agar-agar kertas sudah cukup lama
dikenal masyarakat Indonesia. Akan tetapi, kualitas agar-agar ini masih belum
mampu bersaing dengan produk impor di pasar domestik apalagi di pasar
internasional. Manfaat yang diperoleh produk agar-agar ini sangat melimpah,
kandungan karbohidrat yang tinggi sangat baik untuk membantu proses pencernaan.
Agar-agar kertas juga menjadi bahan baku industri tekstil, kosmetik, farmasi,
kertas, fotografi dan cat.
Agar-agar kertas merupakan makanan yang sangat bermanfaat
bagi kesehatan, karena terbuat dari rumput laut asli dan mengandung serat yang
tinggi.
Telah dilakukan beberapa penelitian oleh para ahli bahwa rumput laut memiliki beberapa fungsi dan khasiat sebagai bahan pangan diantaranya :
sebagai anti kanker, mencegah kardiovaskular, sebagai makanan diet dan sebagai Antioksidan (Anonimb 2010).
Telah dilakukan beberapa penelitian oleh para ahli bahwa rumput laut memiliki beberapa fungsi dan khasiat sebagai bahan pangan diantaranya :
sebagai anti kanker, mencegah kardiovaskular, sebagai makanan diet dan sebagai Antioksidan (Anonimb 2010).
2.2.1 Pengolahan
Pada
prinsipnya agar-agar diolah dengan menggunakan teknologi yang diawali ekstraksi
senyawa agar kemudian diikuti dengan tahapan-tahapan proses lanjut spesifik
untuk memperoleh produk yang diinginkan, seperti agar-agar kertas. Umumnya pengolahan agar kertas
diterapkan oleh industri skala kecil atau rumah tangga. Teknologi pengolahan
agar yang paling sederhana adalah pengolahan agar kertas yang telah banyak
berkembang di Pameumpeuk, Garut (Jawa Barat). Peralatan yang digunakan juga
sederhana. Proses pengolahan agar-agar kertas (Irianto dan Giyatmi 2009) adalah sebagai berikut.
1. Pembersihan Bahan Mentah
Terdapat 3
perlakuan dalam tahap ini, yaitu perendaman, pencucian, dan sortasi. Rumput
laut Gracilaria kering (yang telah dipanen) direndam dalam air bersih sekitar 2
jam, sedangkan apabila dicampur dengan Gracilaria tambak direndam selama 1
malam. Setelah itu, dicuci sambil diremas-remas dan dipisahkan semua kotoran
yang ada, seperti pasir, karang, dan jenis rumput laut lain. Selanjutnya,
dibilas beberapa kali dengan air sampai benar-benar bersih.
2. Pemucatan
Rumput laut yang telah bersih direndam dalam larutan
kapur 0,5 % selama 5-10 menit. Rumput laut kemudian dicuci sambil
diremas-remas, dibilas dengan air bersih, ditiris dan dijemur di bawah panas
matahari sampai kering. Selama penjemuran dilakukan pembalikan untuk
mendapatkan pengeringan yang rata. Pada saat pengeringan terjadi proses
pemucatan sehingga rumput laut menjadi lebih putih. Setelah itu, rumput laut
direndam kembali dengan air bersih selama semalam lalu dicuci sambil
diremas-remas dan dibilas sampai rumput laut bebas dari larutan atau bau kapur.
3. Perebusan
Proses ini ditujukan untuk mengekstrak agar dari rumput
laut. Ekstraksi dilakukan dalam dua tahap yakni dengan direbus di dalam air
sebanyak 2 kali dari berat rumput laut kering. Perebusan pertama dilakukan dengan air perebus 14 kali berat rumput
laut kering pada suhu 85-95oC
dan pH 6-7 selama 2 jam sambil diaduk. Hasil perebusan disaring dengan kain
saring dan ampasnya diekstrak lagi selama 1 jam dengan air perebus 6 kali berat
rumput laut kering. Hasil perebusan disaring, ampas dibuang, dan filtratnya
dicampurkan ke filtrat hasil penyaringan pertama. Kemudian campuran tersebut
diendapkan untuk memisahkan kotoran halus yang masih ada.
Ekstraksi
rumput laut campuran, yaitu Gracillaria
yang di panen dari alam dan tambak, dilakukan dengan menggunakan air perebus
sebanyak 12 kali berat dari rumput laut campuran kering. Ekstraksi dilakukan
pada suhu 80-850C dan pH 4,5 selama 2 jam. Selanjutnya, hasil
perebusan disaring dan diendapkan.
4.
Penjendalan
Filtrat
hasil penyaringan dari perebusan kedua dicampur menjadi satu. Filtrat tersebut
dapat terlebih dahulu diberi perlakuan pemisahan kotoran dengan cara
pengendapan atau tanpa perlakuan tersebut dengan langsung ditambah KOH atau KCL
sebanyak 2-3% dari berat rumput laut kering yang diolah dan dipanaskan sambil
diaduk selama 15 menit. Setelah itu, filtrat tersebut dituangkan ke dalam
pencetak dan dibiarkan selama semalam untuk proses penjendalan sampai agar-agar
menjendal cukup keras.
5.
Pemotongan dan Pengepresan
Agar-agar
yang telah keras dikeluarkan dari pan pencetak dengan membalik pan pencetak.
Selanjutnya, agar-agar tersebut diiris tipis menggunakan alat pemotong agar
dengan ketebalan 8-10 mm. Tiap irisan dibungkus kain dan disusun dalam alat
pengepres ditambah secara bertahap. Pengepresan dihentikan jika lembaran
agar-agar sudah cukup tipis. Jika agar-agar belum cukup tipis, pengepresan
dilanjutkan dengan menambahkan beban pemberat.
6.
Pengeringan
Lembaran agar-agar
hasil pengepresan yang sudah tipis bersama kain pembungkusnya dijemur di bawah
panas sinar matahari sampai kering yang ditandai dengan adanya agar-agar yang
mengelupas dari kain pembungkus. Selama penjemuran agar-agar dibalik-balik
supaya mendapatkan pengeringan yang merata dan seragam. Setelah kering,
agar-agar dilepas satu persatu dari kain pembungkus.
7.
Sortasi dan Pengemasan
Agar-agar
kertas yang diperoleh dari pengolahan ini disortasi dengan memisahkan yang
rusak, sobek dan kotor sambil mengelompokkan mutunya. Di samping itu, agar-agar
dirapikan bentuknya dan dikemas dalam kantung plastik atau jenis pengemas
lainnya berisi 100 g agar-agar kertas per pengemas atau sesuai dengan permintaan.
2.2.2 Nutrition Facts
Informasi kandungan gizi agar-agar kertas dapat
dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Kandungan gizi agar-agar kertas
Sumber: Hendrayana
(2009)
Komponen
gizi yang paling banyak dari agar-agar kertas adalah serat pangan. Serat pangan
ini bermanfaat untuk memperlancar proses pencernaan dalam tubuh. Adapun keunggulan
dari agar-agar kertas antara lain :
1. Produk
Agar-agar Kertas telah Mendapatkan Izin Dep.Kes RI No. MD. 9850125
2. Terbuat dari Rumput Laut Terpilih yang mengandung Gizi Tinggi.
3. Bermanfaat dan Berkhasiat Bagi Kesehatan
4. Pemesanan Siap Kewilayah manapun Se-Indonesia.
5. Kondisi Pengiriman Barang DIJAMIN Baik sampai tujuan.
6. Peluang Usaha menjanjikan dan Area Pemasaran Luas karena belum semua wilayah mengenal produk ini.
7. Transfer Pembayaran Mudah, Via Bank Mandiri, BCA, dan BRI
2. Terbuat dari Rumput Laut Terpilih yang mengandung Gizi Tinggi.
3. Bermanfaat dan Berkhasiat Bagi Kesehatan
4. Pemesanan Siap Kewilayah manapun Se-Indonesia.
5. Kondisi Pengiriman Barang DIJAMIN Baik sampai tujuan.
6. Peluang Usaha menjanjikan dan Area Pemasaran Luas karena belum semua wilayah mengenal produk ini.
7. Transfer Pembayaran Mudah, Via Bank Mandiri, BCA, dan BRI
2.2.3. Mutu Agar-Agar
Kertas
Secara organoleptik agar-agar
kertas dapat dibedakan atas kelompok mutu (Irianto dan Giyatmi 2009) sebagai
berikut :
Mutu 1 : putih bersih, tipis, tidak mudah sobek,
agak kusam, sedikit sekali terdapat kotoran dan sisa-sisa hasil penyaringan.
Mutu 2 :
putih agak kekuningan, cukup tipis, rupa agak kotor, keruh, dan kusam, terdapat
kotoran dan sisa-sisa hasil penyaringan.
Mutu 3 :
kuning kecoklatan, tebal dan berkerut, rupa kotor dan kusam sekali, banyak
terdapat kotoran dan endapan sisa hasil penyarigan.
Mutu dan efesiensi pada pengolahan agar-agar kertas
dapat dilakukan dengan memanfaatkan abu gosok dan khitosan. Hal ini telah telah
diteliti oleh salah satu mahasiswa Institut Pertanian Bogor Sugeng Heri Suseno dari departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Perlakuan abu gosok 30% dan khitosan 0,6% mampu
menghasilkan kekuatan gel (gel strenght) lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol (Kalium Hidroksida), sehingga perlakuan ini bisa diaplikasikan pada
pengolahan agar-agar kertas. Perlakuan demikian ternyata juga mampu
mempengaruhi organoleptik , kekuatan gel, kadar sulfat, serat makanan dan
rendemen agar-agar kertas. Tekstur dan warna agar-agar kertas hasil penelitian
sama dengan produk agar-agar control (UKM 2006).
2.2.4 Faktor-faktor yang
mempengaruhi produk
Rendemen yang diperoleh dari hasil
pengolahan dipengaruhi oleh jenis dan mutu rumput laut secara efektivitas
proses pengolahan. Pengolahan dengan menggunakan bahan baku rumput laut Gracillaria menghasilkan agar-agar
kertas dengan rendemen 20-25% (Irianto dan Giyatmi 2009).
Karakteristik
gel agar-agar bersifat rigid, rapuh, mudah dibentuk, dan memiliki titik cair
tertentu. Keasaman (pH) sangat mempengaruhi kekuatan gel agar-agar, semakin
rendah pH, kekuatan gel agar-agar semakin lemah sampai dengan pH Kandungan gula
menghasilkan gel yang lebih keras tetapi menghasilkan tekstur yang kurang
kohesif (Glicksman 1983 dalam Rosulva
2008).
Adapun faktor teknis yang dapat
mempengaruhi agar-agar kertas ialah tingkat kebersihan dalam pencucian rumput
laut, penjemuran/ pengeringan, penjendalan, dan pengepresan. Faktor-faktor
tersebut dapat mempengaruhi mutu akhir agar-agar kertas.
2.2.5 Cara Penyajian
Penyajian agar-agar relatif mudah
dilakukan. Agar-agar dapat disajikan dalam berbagai bentuk namun tahapan dasar
pada umumnya adalah sama, yakni sebagai berikut.
1.
Agar-agar (1 bungkus berisi 3 lembar) direndam dengan air dingin kurang lebih 2- 3 menit (jangan diremas)
2.
Setelah air rendaman dibuang, tuangkan satu lembar agar-agar dengan 2-3 gelas
air santan (500-600cc). tambahkan satu ons gula merah masak hingga mendidih
sambil diaduk rata.
3.
Tuangkan agar-agar ke dalam loyang biarkan hingga dingin
4. Agar-agar siap disajikan. Agar
lebih tahan lama, simpan dalam lemari es.
2.2.6 Cara Penyimpanan
2.2.6 Cara Penyimpanan
Agar-agar
yang sudah selesai diproduksi disortasi untuk memisahkan yang rusak, sobek, dan
kotor sekaligus dilakukan pengelompokan mutunya. Agar-agar kertas dikemas dalam
kantong plastik atau tergantung permintaan pasar (Maulidin 2010).
2.2.7
Cara Distribusi
Agar-agar kertas yang sudah selesai proses pembuatannya
dikemas dalam kantong plastik dan didistribusikan dengan menggunakan mobil yang
menggunakan bak tertutup supaya agar-agar tersebut tidak terjadi kerusakan pada
waktu pendistribusian (Maulidin 2010).
Seiring dengan pertambahan penduduk dunia yang terus meningkat,
diperkirakan kebutuhan rumput laut, baik sebagai bahan baku maupun produk
olahan akan meningkat pula karena banyak digunakan di berbagai sektor
kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan nilai tambah dan pengembangan usaha komoditi rumput laut.
Permasalahannya, peningkatan nilai tambah dan pengembangan usaha komoditi
rumput laut terbentur pada keterbatasan yang dimiliki oleh petani/nelayan dalam
hal permodalan usaha, kurangnya informasi dan akses pasar, kurangnya sarana dan
prasarana yang ada serta kurangnya penguasaan teknologi penanganan pasca panen
dan pengolahan untuk memberikan nilai tambah pada komoditi tersebut. Kondisi
tersebut menyebabkan petani/nelayan cenderung menjual komoditi rumput laut
mereka dalam bentuk mentah, akibatnya nilai jual yang diperoleh tidak
memuaskan. Di Kecamatan Singkep, harga jual rumput laut sebagai bahan mentah
adalah Rp. 200/kg basah, sedangkan untuk rumput laut kering berkisar Rp. 2.000
- 2.500/kg.
Selain potensial dalam hal luas lahan dan sumberdaya rumput laut bernilai
ekonomis, kegiatan usaha rumput laut di Kecamatan Singkep, Kabupaten Kepulauan
Riau juga mempunyai prospek yang baik dari segi pemasaran karena letak
strategis Kabupaten Kepulauan Riau yang berdekatan dengan Singapura, Malaysia
serta dengan beberapa negara ASEAN lainnya, selain berada pada lintasan jalur
pelayaran dan perdagangan internasional, mulai dari Selat Malaka sampai pada
Laut Cina Selatan. AIDIL SYAFITRI. 2002. Formulasi Strategi Peningkatan Nilai
Tambah dan Pengembangan Usaha Komoditi Rumput Laut di Kecamatan Singkep
Kabupaten Kepulauan Riau.
Daftar Pustaka
Anggadiredja
JT. 2008. Indonesia Produsen Rumput Laut Terbesar. www.antara.co.id
[23 April 2010]
Angkasa W.I, Purwoyo H, Anggadiredja J. 2009. Teknik Budidaya Rumput
Laut. Alamat web.
[23 April 2010]
Anonima.
2010. Gracilaria sp. www.wikipedia.com [23 April 2010]
Anonimb.
2010. Agar-Agar Kertas Menyehatkan. Alamat web
[23 April 2010]
DKP.
2007. Buku Saku Statistik Perikanan Budidaya Tahun 2005. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. www.dkp.go.id
[23 April 2010]
Hendrayana.
2009. Agar-agar Kertas. www.greenpowerindonesia.blogspot.com/
[23 April 2010]
Iriyanto
HE, Giyatmi S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Maulidin F. 2010. Analisis Bahaya Produk Agar-Agar Kertas. http://ferxiannad.blogspot.com [23 April 2010]
Putra,
SE. 2006. Alga Laut Sebagai Biotarget Industri. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia Perpustakaan BBRP2B Tahun 1982-2005. www.dgilibbrp2b.blogsport.com
[23 April 2010]
UKM .2006 .Chitosan Tingkatkan Mutu Agar-Agar Kertas Asal
Garut.
Komentar
Posting Komentar